BeritaInfoJitu,Jakarta – Di tengah persaingan global yang kian ketat, Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI) mengambil langkah progresif. Melalui Rapat Pimpinan (Rapim) yang digelar di Hotel Mercure, Jakarta, Senin (28/4/2025), ASEPHI menegaskan komitmennya untuk mendorong transformasi digital sektor kerajinan nasional sekaligus memperluas ekspansi ke pasar internasional.
Rapat ini dihadiri langsung oleh Ketua Umum ASEPHI Dr. H. Muchsin Ridjan, SE., MM dan Direktur Pengembangan Ekspor Perdagangan Ari Satria SE, MA Direktur Pengembangan Ekspor, Jasa dan Produk Kreatif Kementerian Perdagangan serta perwakilan anggota dari berbagai daerah di Indonesia.
Dalam sambutannya, Dr. H. Muchsin Ridjan, SE., MM mengatakan bahwa era digitalisasi bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak bagi industri kerajinan.
Menurutnya, produk-produk lokal harus mampu menembus pasar dunia dengan pendekatan yang modern, tanpa meninggalkan akar budaya Indonesia.
“Transformasi digital adalah keharusan. Kita bertugas tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga mengangkat produk kerajinan lokal ke tingkat global,” ujar Muchsin penuh semangat.
Sejalan dengan itu, Direktur Pengembangan Ekspor Perdagangan Ari Satria menyoroti pentingnya memperkuat posisi Indonesia di pasar ekspor, khususnya Amerika Serikat. Ia mengungkapkan bahwa meskipun AS masih menjadi pasar ekspor terbesar kedua setelah domestik, kontribusinya terhadap total ekspor Indonesia justru mengalami penurunan.
“Nilai ekspor kita ke AS masih kecil, bahkan trennya menurun. Padahal, Amerika tetap pasar penting yang tidak boleh diabaikan,” kata Ari.
Tantangan terbesar saat ini, tambah Ari, adalah tingginya tarif yang dikenakan terhadap produk kerajinan Indonesia. Meski demikian, ia menegaskan bahwa Indonesia tidak sendiri, sebab negara-negara lain juga menghadapi tekanan serupa.
“Kita harus lebih kompetitif, baik dalam harga maupun kualitas. Bahan baku lokal seperti kayu dan bambu adalah kekuatan kita, tapi itu harus diimbangi dengan efisiensi produksi,” ujarnya.
Pemerintah, menurut Ari, terus berupaya menekan tarif ekspor, dengan target pengurangan sekitar 10 persen dari tarif tinggi yang saat ini mencapai 32 persen. Negosiasi perdagangan pun tengah diintensifkan oleh tim yang dikomandoi Menko Perekonomian.
Sebagai bagian dari strategi negosiasi, Indonesia menawarkan pembelian produk Amerika, seperti minyak dan hasil pertanian, untuk mengurangi defisit perdagangan. Namun, Ari mengingatkan bahwa mengandalkan satu pasar seperti AS berisiko tinggi.
“Seperti pepatah, jangan taruh semua telur dalam satu keranjang. Kita harus mulai diversifikasi pasar untuk melindungi sektor kerajinan dari gejolak ekonomi satu negara,” tegasnya.
Ari Satria juga mengakui bahwa membuka pasar baru bukan perkara mudah, tetapi menjadi langkah strategis yang harus diambil demi keberlanjutan industri kerajinan Indonesia di masa depan.
Rapim ASEPHI 2025 ini pun menjadi momentum penting, menandai arah baru organisasi dalam memperkuat posisi industri kerajinan nasional, tidak hanya sebagai penjaga budaya, tetapi juga sebagai kekuatan ekonomi global. (RR, Foto : CK)