BeritaInfoJitu, Jakarta – Masa kampanye biasanya menjadi ladang yang menguntungkan bagi pelaku UMKM. Bagaimana tidak pernak pernik hingga alat kampanye dipesan oleh Parpol kepada mereka.
Namun tidak demikian di Pemilu 2024, sejumlah pelaku UMKM mengeluhkan omzet yang mereka terima jauh lebih menurun dibandingkan 1999. Kemenkop mencatat sekitar 40-90 persen.
Adapun klaim penurunan pendapatan tadi diketahui dari observasi lapangan ke beberapa pelaku UMKM di area Pasar Jaya Tanah Abang dan Pasar Jaya Senen di DKI Jakarta. Pihaknya juga melakukan wawancara pada 15 orang pelaku UMKM.
Deputi Bidang Usaha Mikro KemenKopUKM Yulius menuturkan, penurunan penjualan tersebut disebabkan oleh lima faktor. Pertama, partai politik sudah memesan produk untuk kampanye melalui pelaku usaha mitra partai.
Kedua, jangka waktu pemilu yang singkat. Maklum, pada Pemilu 2024 masa kampanye hanya 2,5 bulan sedangkan periode Pemilu 2019 masa kampanye selama 6 bulan. Ketiga, harga penjualan produk untuk kampanye secara online lebih murah.
Keempat, adanya tren kampanye yang dilakukan secara online sehingga peserta pemilu lebih memilih mengalokasikan dananya untuk memanfaatkan media sosial/buzzer/influencer untuk kampanye.
Kelima, peserta Pemilu lebih memilih untuk membagikan sembako/tunai dibandingkan membagikan kaos.
Hal senada disampaikan oleh Ketua IPKB (Indonesia Pengusaha Konfeksi Berkarya) Nandi Herdiaman yang menuturkan bahwa kampanye Pemilu 2024 ini tidak berdampak pada pelaku UMKM terutama yang bergerak di bidang konveksi dan sablon yang memproduksi atau menjual alat peraga kampanye, padahal musim kampanye Pemilu menjadi momen yang ditunggu-tunggu.
“Sampai saat ini memang ada, bukan tidak ada, ada (pemesanan) tapi masih kurang. Dulu saat musim kampanye tahun 2019, tiga bulan sebelumnya sudah ada order dari 4 juta sampai 15 juta hanya dari partai. Sekarang, jutaan itu tidak sampai. Hanya puluhan ribu saja itu pun bukan dari partai hanya dari caleg,” sebutnya.
IPKB pun telah membantu mendorong penjualan sejak enam bulan terakhir dengan membekali para anggota atau penjual yang tergabung dalam organisasi untuk berjualan secara online. “Kami juga menggandeng marketplace seperti Shopee untuk membantu para pelaku konveksi bisa tetap berjualan online. Ini upaya kami agar tetap bertahan di era digitalisasi saat ini,” kata Nandi menutup siaran persnya. (Hs.Foto: Kemenkop UKM)