BeritaInfoJitu,Jakarta-Bahan pokok (utamanya pangan) tersedia dengan harga terjangkau. Begitulah harapan masyarakat, baik itu pada saat hari biasa dan terlebih pada periode hari besar keagamaan nasional (HBKN) di tanah air. Harapan besar masyarakat itulah yang menjadi fokus perhatian pemerintah.
Oleh karena itu, berbagai strategi dijalankan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dan menjaga harga bahan pokok tetap stabil termasuk di Ramadan 2024 dan Hari Raya Idulfitri 1445 H ini, salah satunya dengan meluncurkan Gerakan Pangan Murah (GPM).
“Masyarakat jangan khawatir, kami dari pemerintah siap untuk peningkatan ketersediaan bahan pangan baik di pasar tradisional, pasar modern, maupun melalui Gerakan Pangan Murah yang dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota dan provinsi,” jelas Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan Isy Karim dalam siaran persnya secara tertulis, Selasa (12/03).
Sejauh ini, ketersediaan bahan pokok, khususnya beras dipastikan aman. Berdasarkan pemantauan di aplikasi Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP), Dirjen Isy Karim menjelaskan cadangan beras nasional lebih dari 1,2 juta ton beras cadangan, ditambah dengan cadangan untuk keperluan komersial menjadi 1,4 juta ton.
Untuk stabilisasi harga, pemerintah juga memilih untuk tidak merelaksasi harga eceran tertinggi (HET), tetapi membanjiri pasar dengan beras.” Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) untuk mengendalikan harga,” tutur Isy.
Dalam kesempatan tersebut, Isy juga menjelaskan strategi lain yang diambil pemerintah dan bersifat jangka panjang. Yakni, menyiapkan waduk dan embung sebagai cadangan air, serta mengantisipasi kemungkinan El Nino dengan menambahkan beras dari luar negeri. Pemerintah juga akan mengoptimalkan lahan di sekitar waduk untuk budi daya.
Isy Karim juga menjelaskan mengenai Kenaikan harga beras menjelang puasa 2024. Menurutnya tidak lepas dari adanya ketakseimbangan supply dan demand. “Permintaan naik, tapi ketersedian beras turun. Salah satu penyebabnya adalah dampak badai El Nino yang melanda Indonesia sejak pertengahan 2023 yang membuat para petani banyak mengalami gagal panen. Oleh karena itu, untuk menstabilkan supply dan demand, pemerintah mengambil langkah impor,” tegasnya sekaligus menutup siaran pers. (Hs.Foto:Kemendag)