BeritaInfoJitu, Jakarta – Jelang pemilu, posisi cadangan devisa Indonesia turun sebesar USD 145,1 Miliar dibandingkan dengan posisi pada akhir Desember 2023 sebesar USD146,4 miliar. Penurunan posisi cadangan devisa tersebut menurut Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti, dalam acara Bloomberg Technoz Economic Outlook 2024, Rabu (07/02) antara lain dipengaruhi jatuh tempo pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Destry juga mengatakan,”Memasuki pekan ke lima Januari, berdasarkan data transaksi 29 Januari-1 Februari 2024, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp8,51 triliun terdiri dari beli neto Rp5,51 triliun di pasar SBN, beli neto Rp2,46 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp0,54 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).”
Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen hingga 1 Februari 2024, nonresiden beli neto Rp0,49 triliun di pasar SBN, beli neto Rp8,75 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp21,46 triliun di SRBI.
Sementara melansir data Bursa Efek Indonesia (BEI), memasuki awal Februari, tercatat investor asing mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp1,46 triliun pada Jumat (2/2) dan sepanjang tahun 2024 investor asing telah mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp10,68 triliun di pasar saham RI.
Tamara Mast Henderson, Ekonom Bloomberg Economics, mengatakan, Tahun ini, Indonesia akan menggelar Pemilihan Presiden (Pilpres). Kehadiran pemerintahan baru akan mempengaruhi aspek ekonomi.
“Kemungkinan besar akan membuat investor wait and see sampai ada kepemimpinan dan ketidakpastian teratasi. Jadi Pemilu adalah pertanyaan besar bagi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dan juga jangka menengah,” kata Tamara Mast Henderson.
Pilpres, lanjut Tamara, sepertinya akan berjalan 2 putaran. “Dalam prakteknya, keputusan pemilih bisa menjadi lebih bernuansa,” ujarnya.
Ditambah lagi, demikian Tamara, Amerika Serikat (AS) juga akan menggelar Pilpres pada November. Ini bisa semakin mempengaruhi investasi asing.
“Investor akan sangat berhati-hati terhadap potensi perubahan kebijakan,” ujar Henderson.
Faktor Pemilu ditambah dengan perlambatan ekonomi global, Bloomberg Economics memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5% pada 2024. Bahkan walau Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga acuan.
“Pertumbuhan 5% bagi Indnoesia merupakan kinerja yang cukup rtaa-rata. Namun menurut pandangan kami, pertumbuhan ini seharusnya lebih kuat dari kebanyakan pertumbuhan ekonomi negara lainnya,” tutup Henderson. (Hs.Foto:Hs)